MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Didalam pasar kompetitif, suatu organisasi yang tidak melaksanakan improvement akan kehilangan tempat untuk berpijak. Kenyataannya, improvement pun tidak cukup untuk mendapatkan tempat berpijak, organisasi harus melaksanakan improvement dengan tingkat kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan persaingan. Disamping itu, organisasi juga dituntut untuk mampu menciptakan perubahan yang diperlukan agar mampu bertumbuh di dalam lingkungan bisnis turbulen.
Didalam Bab 5 Continuous Improvement Mindset, disebutkan bahwa Improvement dapat dibagi menjadi dua : Incremental Improvement dan Radical Improvement. Radical Improvement dirancang dalam perencanaan strategik (Strategik Planning). Dari perencanaan ini, dihasilkan rencana strategik (Strategik Plan) yang berisi sasaran-sasaran strategik (Strategik Objectives) yang hendak dicapai perusahaan di masa depan, dan berbagai strategik initiatives yang dipilih untuk mewujudkan sasaran-sasaran strategik tersebut.
1.2         Rumusan Masalah
Pada bab ini menguraikan pergeseran mindset ke continuous improvement mindset yang diperlukan oleh manajer dalam mengelola perusahaannya agar sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis baru. Uraian dimulai dari penjelasan paradigma improvement berkelanjutan dan continuous imrovement mindset.
Menguraikan dua mindset yang menentukan efektivitas perencanaan strategik : problem sloving mindset dan opportunity mindset. Mindset yang diperlukan oleh tim penyusun rencana untuk menghasilkan rencana strategik yang efektif, dan menguraikan bagaimana membangun mindset tersebut.
1.3         Tujuan Pembahasan
Dari penulisan makalah ini, saya berharap kita dapat memahami materi pembahasan sebagaimana berikut :
1.  Memperlihatkan kompnen continuous improvement mindset untuk menunjukan adanya kesempatan bagi manajemen dalam membangun mindset baru tersebut yang sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis.
2.   Mengungkapkan pentingnya continuous improvement mindset bagi organisasi perusahaan dalam memasuki lingkungan bisnis turbulen.
3.        Menjelaskan perwujudan comtinuous improvement mindset dalam SPPM.

BAB II
CONTINUOUS IMPROVEMENT MINDSET

1.        Paradigma Improvement Berkelanjutan
Improvement dapat dibagi menjadi dua; Incremental Improvement dan Radical Improvement. Incremental Improvement berupa Improvement berskala kecil dengan tetap mengandung urusan lama. Radical Improvement berupa Improvement berskala besar, bersifat mendasar dan secara total meninggalkan urusan lama. Paradigma Improvement berkelanjutan mencakup kedua macam Improvement ini. Paradigma Improvement berkelanjutan mengerahkan semua energi personel untuk melakukan improvement secara terus menerus terhadap proses dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan value bagi customer. Manajer harus mampu membangkitkan komitmen seluruh personel, karena improvement berkelanjutan memerlukan energi yang besar dalam jangka waktu panjang. Kegiatan manajer dalam setiap tahap proses manajemen hanya menambah nilai (Value-adding), jika kegiatan tersebut menyebabkan personel memiliki komitmen tinggi untuk menghasilkan value bagi customer. Menggeser pandangan manajer terhadap terjadinya improvement respon terhadap kesalahan, peran manajer, wewenang, fokus perhatian manajer dan pengendalian.
Didalam manajemen tradisional, manajer dipandang berperan seagai orang pada posisi untuk mempertahankan status quo ( keadaan tetap sebagai­mana keadaan sekarang atau sebagaimana keadaan sebelumnya ) dan mengendalikan bawahannya agar mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Paradigma Improvement Berkelanutan mengubah pandangan tersebut, peran manajer adalah menentang status quo untuk tujuan improvement yang bersifat strategik dam pada saat yang bersamaan mereka secara konsisten melaksanakan sistem yang ada untuk memenuhi tuntutan sekarang. Dalam manajemen tradisional, manajer menggunakan wewenangnya melalui hierarki dari tingkat atas ke bawah dan melalui aturan dan kebijakan.
2.        Continuous Improvement Mindset
Continuous Improvement Mindset terdiri dari paradigma improvement berkelanjutan, keyakinan dasar terhadap improvement berkelanjutan dan nilai dasar yang melandasi improvement berkelanjutan. Dalam lingkungan bisnis turbulen (Bergejolak), personel perusahaan dituntut untuk senantiasa melakukan improvement berkelanjutan terhadap sistem dan proses yang digunakan untuk menghsailkan value bagi customer.
            Untuk mewujudkan improvement terhadap sistem dan proses, personel organisasi perusahaan perlu memiliki nilai-nilai dasar yang membimbing mereka dalam mengambil keputusan.
a.       Keyakinan dasar untuk mewujudkan paradigma improvement berkelanjutan.
Karena lingkungan bisnis dalam kompetisi global telah mengalami perubahan dramatis, yang ditandai dengan persaingan yang semakin tajam dan perubahan yang semakin pesat, konstan, radikal, serentak dan pervasif (kemampuan untuk menyebar) maka diperlukan paradigma inprovement berkelanjutan untuk menghadapinya. Hal ini perlu diwujudkan dalam keyakinan dasar yang kuat yang harus ditanamkan kepada seluruh personel bahwa ;
Ø  Harus mengetahui fakta, kondisi proses dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan value dan kearah mana improvement berkelanjutan ditujukan.Untuk mewujudkan improvement berkelanjutan, personel perlu mengumpulkan dan menganalisis fakta tentang: kondisi proses dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan customer value, dan kearah mana improvement berkelanjutan ditujukan. Dengan demikian, personel perlu mengumpulkan dan menganalisis berbagai fakta tentang ; (1) proses dan sistem yang perlu di tingkatkan kualitansnya, dan (2) kemajuan yang telah dicapai dalam peningkatan proses dan sistem yang diinginkan. Dalam proses pengumpulan dan penganalisisan fakta tentang proses dan sistem, personel mempelajari tiga hal yang berbeda; (1) faktan tentang apa yang menurut pikiran mereka terjadi, (2) fakta tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan (3) fakta tentang apa yang akan terjadi.
Ø  Alasan dan belajar. Fakta dikumpulkan dari proses dan sistem digunakan untuk mencari alasan mengapa suatu penyimpangan terjadi,
Ø  Selalu ada cara yang lebih baik. Keyakinan dasar bahwa tujuan personel adalah untuk mencapai tingkat kinerja yang selalu lebih baik. Dalam perusahaan bisnis, tujuan improvement adalah “lebih baik, lebih cepat dan lebih murah”.
Ø  Harus selalu berusaha sempurna. Komitmen terhadap kualitas diibaratkan sebagai “suatu perlombaan tanpa garis akhir”. Kebutuhan dan keinginan customer senantiasa berubah dan berkembang, kompetisi selalu mengubah batas customer value.
b.      Nilai Dasar untuk Mewujudkan Paradigma Improvement Berkelanjutan.
Ø  Kejujuran. Kemampuan seseorang untuk mengatakan kenyataan sebagaimana adanya. Untuk memungkinkan orang melakukan improvement harus mampu melihat penyimpangan yang terjadi, sebagaimana yang diperlihatkan oleh faktayang dikumpulkan.
Ø  Kerendahan hati. Dalam belajar orang harus mengakui bahwa ia tidak tahu, sehingga perlu banyak belajar.
Ø  Kerja Keras. Continuous improvement memerlukan penghargaan tinggi terhadap kerja keras yang tidak kenal lelah, memerlukan semangat bereksperimen.
Ø  Kesabaran. Kemampuan seseorang untuk menerima kelainan yang terjadi dalam dirinya untuk jangka waktu panjang.
Ø  Keterbukaan terhadap hal baru merupakan nilai yang dijunjung tinggi oleh seluruh personel perusahaan, untuk senantiasa mampu membaca perusahaan yang terjadi dalam lingkungan bisnis yang dihadapi.
Ø  Keberanian adalah keteguhan hati dalam mempertahankan pendirian, keyakinan, prinsip, visinya.
3.         Perwujudan Continuous Improvement Mindset ke dalam SPPM.
a.       Perwujudan Continuous Improvement Mindset ke dalam Strukrur SPPM
Ø  Organisasi didesain sebagai destabilizer. Organisasi masa depan akan secara ekstensif memanfaatkan smart technology didalam menghasilkan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan customer. Smart Technology memerlukan knowledge workers untuk menjadikan teknologi tersebut produktif. Knowledge workers memerlukan organisasi untuk dapat menjadikan pengetahuan yang dikuasainya produktif dalam menghasilkan produk dan jasa. Organisasi harus dikelola untuk menghasilkan inovasi. Organisasi yang mampu memenuhi tuntutan knowledge workers tersebut adalah yang memiliki karakteristik berikut ini;
a) Didesain dengan struktur yang fleksibel untuk menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Stuktur yang lebih datar (flatter organization) dan virtual organization merupakan struktur yang sesuai dengan lingkungan bisnis yang turbulen.
b)  Dipimpin oleh leader yang memiliki kemampuan untuk menciptakan dan mengelola perubahan.
c)      Dijalankan oleh karyawan yang berdaya (empowered employees)
Ø   Peran Manajer, mengubah peran manajer yang semula sebagai atasan yang bertanggung jawab untuk mempertahankan status quo menjadi bertanggungjawab untuk menantang status quo dan menjadi coach bagi personel lain untuk menjadikan pengetahuan yang dikuasai oleh personel produktif.
Ø  De-jobbed organization. Continuous improvement mindset menuntut knowledge workers bekerja berdasarkan kreatifitasnya. Perusahaan mengikuti tren perubahan lingkungan bisnin turbulen.
Ø  Teamwork. Organisasi harus dikelola berdasarkan kerja tim untuk mengahadapi perubahan.
Ø  Cross-functional approach. Pendekatan lintas fungsional ini merupakan pendekatan organisasional dalam memberikan layanan kepada customer.
b.      Perwujudan Continuous Improvement Mindset ke dalam Proses SPPM.
Ø  Peningkatan kualitas, keandalan, kecepatan, efisiensi biaya. Perolehan kesempatan dan penurunan biaya akan dapat dicapai berjangka panjang, jika melalui tahap-tahap berikut; (1) peningkatan kualitas, (2) peningkatan keandalan, (3) peningkatan kecepatan dan (4) peningkatan efisiensi biaya.
Ø  Sistem anggaran berbasis aktivitas (activity-based budgeting) didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan improvement berkelanjutan terhadap proses yang digunakan oleh perusahan, untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
Ø  Sistem pengelolaan berbasis aktvitas (activity-based management) digunakan sebagai sistem implementasi rencana.

BAB III
OPPORTUNITY MINDSET

Rencana Strategik merupakan rangkaian tindakan yang berdampak jangka panjang di masa depan, yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Biasanya disusun oleh suatu tim ad hoc yang terdiri atas manajemen puncak dan staf. Kualitas rencana strategik yang dihasilkan oleh tim ad hoc tersebut ditentukan oleh dua faktor; (1) kesesuaian (fitness) kondisi yang berhasil diwujudkan melalui kegiatan yang dicantumkan dalam rencana strategik, dengan dituntut oleh lingkungan bisnis masadepan, dan (2) sense of commitment yang tumbuh dalam diri manajemen puncak dan seluruh personel perusahaan dalam mewujudkan rencana strategik.
1.      Problem Slovinmg Mindset.
Problem adalah kesenjangan antara kondisi yang dihadapi dengan kondisi yang diharapkan. Problem sloving adalah pencarian alternatif tindakan untuk menghilangkan kesenjangan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diharapkan. Problem sloving mindset adalah sikap mental mapan yang senantiasa memandang bahwa kesenjangan antara kondisi yang dihadapi sekarang dengan kondisi yang diharapkan adalah suatu problem, dan mencari serangkaian tindakan untuk memecahkan kesenjangan tersebut.
2.      Opportunity Mindset
Peluang (Opportunity) adalah kondisi yang terbuka dimasa depan yang belum pernah dialami seseorang atau organisasi, yang berbeda dengan yang pernah atau yang sedang dialami, dan yang mengandung ketidakpastian. Peluang hanya dapat diidentifikasi jika orang memandang masa depan dari platform yang berbeda dengan platform yang kini dipakai sebagai tempat berpijak.
Peluang hanya dapat diwujudkan melalui aktivitas eksploitasi peluang (Opportunity exploitation). Eksploitasi peluang adalah pencarian alternatif tindakan untuk menghilangkan kesenjangan antara kondisi yang ada sekarang berdasarkan platform baru, dengan kondisi yang diharapkan dimasa depan berdasarkan platform baru tersebut. Opportunity mindset adalah sikap mental mapan yang senantiasa menggunakan kodisi masa depan, atau kondisi yang belum diketahui sebelumnya sebagai suatu kondisi yang diharapkan untuk mengevaluasi kondisi yang dihadapi kini.
Perbedaan karakteristik orang yang memiliki problem sloving mindset dengan karakteristik orang yang memiliki opportunity mindset;
NO
BUTIR PERBEDAAN
KARAKTERISTIK PROBLEM SLOVING MINDSET
KARAKTERISTIK OPPORTUNITY MINDSET
1
Pemicu tindakan
Penyimpangan kondisi sekarang dari konisi normal
Peluang Masa Depan
2
Dasar untuk membentuk masa depan
Creating the future from the past
Creating the future from future
3
Respon terhadap pemacu
Reaktif
Proaktif
4
Sikap terhadap resiko
Menghindari resiko
Menantang resiko
5
Sikap terhadap aturan yang berlaku
Mempertahankan aturan yang sudah ada (Rule Keeper)
Mendobrak aturan yang sudah ada (Rule Breaker)

1.      Pemicu Tindakan. Bagi orang yang memiliki opportunity mindset, tindakannya dipicu oleh adanya peluang yang dilihat di masa depan, berdasarkan envisioning yang dilakukan sekarang. Envisioning adalah perumusan visi perubahan masa depan melalui tindakan-tindakan sekarang.
2.      Dasar untuk membentuk masa depan. Kondisi masa depan merupakan hasil proyeksi kondisi tertentu masa lalu ke masa depan. Kondisi masa depan hanya bisa diciptakan berdasarkan prakiraan perubahan yang akan terjadi dimasa depan.
3.      Respon terhadap pemacu. Selama tidak terjadi kesenjangan antara kondisi yang dihadapi sekarang dengan kondisi normal, orang memiliki problem sloving mindset tidak akan melakukan apapun. Dilain pihak, orang yang memiliki opportunity mindset bersikap proaktif terhadap perubahan.
4.      Sikap terhadap resiko. Orang yang mempunyai problem sloving mindset tidak memiliki kesediaan untuk menerima kesalahan. Sedagkan orang yang memiliki opportunity mindset, ia berani menanggung resiko untuk melakukan eksplorasi ke daerah yang belum pernah dikenalnya.
5.      Sikap terhadap aturan yang berlaku. Orang yang bermindset problem sloving mindset cenderung mempertahankan aturan yang berlaku.

3.      Dampak kedua mindset tersebut terhadap rencana strategik yang dihasilkan.
Rencana strategik yang dihasilkan oleh tim penyusun rencana strategik dengan mindset tersebut yang memiliki karakteristik sebagai berikut;
a)   Rencana strategik akan berisi proyeksi kedepan berbagai cara yang dipandang normal di masa lalu. Dalam persaingan tajam, sepanjang pesaing berusaha untuk memuaskan kebutuhan customer melalui cara inovatif, penyusunan rencana strategik dengan cara ini menempatkan perusahaan pada posisi lemah dan medicore dalam persaingan.
b) Rencana strategik akan berisi berbagai peluang bisnis masa lalu, bukan berbagai peluang bisnis terbuka di masa depan.
c)   Berbagai alternatif rangkaian tindakan yang dipilih dalam proses penyusunan rencana strategik adalah alternatif tindakan yang beresiko kecil.
Jika tim penyusun rencana strategik terdiri atas orang-orang yang memiliki opportunity mindset, rencana strategik yang dihasilkan akan memiliki karkteristik sebagi berikut:
a)   Rencana strategik berisi prakiraan prospek bisnis yang akan terjadi di masa depan, yang sejalan dengan perubahan lingkungan bisnis yang diperkiraan akan terjadi di masa depan untuk menghasilkan value bagi cusromer.
b)   Rencana strategik berisi berbagai rangkaian tindakan yang digunakan untuk menyongong peluang bisnis masa depan.
c)   Rencana trategik berisi rangkaian tindakan beresiko yang diperhitungkan dengan baik (well-calculated risk), sehingga atas keberanian menanggung resiko tersebut, perusahaan akan memperoleh pengembalian yang memadai.

4.      Membangun Opportunity Mindset Dalam Diri Tim Penyusun Rencana Strategik.
Untuk membangun opportunity mindset dalam diri tim penyusun rencana strategik, langkah-langkah berikut ini dapat ditempuh :
ü  Memahami building blocks untuk membangun opportunty mindset.
ü  Mengubah mindset anggota tim ke opportunity mindset.
ü  Menanamkan courage dan risk taking melalui pelatihan.
ü  Melatih kemampuan tim untuk trendwatching.
ü  Melatih kemampuan anggota tim untuk envisioning.
Blok Bangunan Opportunity Mindset
Bangunan opportunity mindset terdiri atas tiga bagian : paradigma, keyakinan dasar, dan nilai dasar. Secara kesatuan, paradigma, kesatuan dasar dan nilai dasar tersebut membentuk opportunity mindset yang menjadi peta pemandu bagi pemilik mindset tersebut dalam memilih berbagai rangkaian tindakan masa depan.
Paradigma Peluang
Paradigma peluang merupakan cara pandang yang senantiasa berusaha menemukan peluang dalam suatu peristiwa. Peluang masa depan dapat diciptakan melalui tindakan sekarang. Dengan kemampuan trendwatching, orang mampu mendeteksi arah perubahan yang akan terjadi dimasa depan.
Keyakinan Dasar
Terdapat enam keyakinan dasar yang melandasi opportunity mindset:
1.          Hasil dan sumber daya berada diluar bisnis. Didalam bisnis tidak terdapat hasil, yang terdapat didalamnya hanya usaha (efforts) untuk mengubah sumber daya yang berada diluar bisnis menjadi hasil, yang juga berada di luar bisnis. Hasil ekonomi (Economic result) diperoleh organisasi dari pengeksploitasian peluang, hasil diperoleh organisasi karena produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi memiliki value bagi customer. Problem Sloving tidak akan mendatangkan hasil ekonomi, karena problem sloving merupakan usaha untuk menyesuaikan kondisi sekarang dengan kondisi normal.
2.      Hasil diperoleh dengan mengeksploitasi peluang, bukan dengan memecahkan masalah.
3.      Untuk memproduksi hasil, sumber daya harus dialokasikan ke peluang, bukan ke masalah. Didalam bisnis, efektivitas jauh lebih penting dibandingkan dengan efesiensi.
4.      Hasil ekonomis hanya diperoleh melalui kepemimpinan. Laba merupakan penghargaan karena bisnis membuat suatu kontribusi unik, atau paling tidak yang berbeda dalam bidang tertentu yang berarti diputuskan oleh pasar atau customers.
5.      Setiap posisi kepemimpinan bersifat sementara. Didalam bisnis, energi selalu cenderung menyebar dan akhirnya kehilangan keuatan. Bisnis mempunyai kecenderungan untuk berjalan dari kepemimpinan menuju arah kualitas rendah (mediocre) dan berdekatan dengan posisi marjinal.
6.      Apa yang ada menjadi tua. Apa yang ada sekarang merupakan produk masa lalu.



Nilai Dasar
a)      Keberanian
Keteguhan hati seseorang dalam mempertahankan pendirian, keyakinan, prinsip, visinya: Keteguhan hati dalam mengambil posisi. Keberanian bukan berarti bebas dari ketakutan, karena ketidaktakutan merupakan suatu jenis kerusakan otak.
b)      Keterbukaan
Keterbukaan terhadap sesuatu yang baru merupakan nilai yang perlu dijunjung tinggi oleh tim penyusun rencana strategik, untuk menjadikan diri mereka senantiasa mampu membaca setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan yang mereka hadapi.
c)  Ketidakpuasan Kreatif. Ketidakpuasan dibagi menjadi dua macam : (1) Emotional discontent adalah perasaan negatif seseorang yang timbul sebagai akibat tidak terpenuhi keinginannya, dapat berwuju jengkel, sedih, marah, kesal atau putus asa, yang dihasilkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. dan (2) creative discontent adalah perasaan positif seseorang yang menghadapi keadaan tidak terpenuhi keinginannya, keadan ini merupakan ketidakpuasan yang produktif. Kegigihan untuk mencapai kesempurnaan dan kekuatan jiwa dalam menerima kegagalan.

Membangun Opportunity Mindset Tim Penyusunan Rencana Strategik.
Rangka konseptual opportunity mindset sebagaimana yang telah digambarkan dan diuraikan diatas, memberikan working model bagi leader organisasi perusahaan untuk membangun opportunity mindset anggota tim penyusun rencana strategik, dilakukan melalui berbagai cara berikut;
a.   Recruitment personel yang memiliki keyakinan dasar dan nilai dasar yang diperlukan untuk membentuk komponen opportunity mindset.
b.      Memuaskan keyankinan dan nilai dasar yang menjadi komponen opportunity mindset ke dalam kriteria pemilihan personel yang akan diberi tanggungjawab pada posisi manajerial.
c.  Mengkomunikasikan keyakinan dasar dan nilai dasar opportunity mindset keseluruh personel organisasi melalui personal behavior manajemen puncak, dan melalui perational behavior – perancangan dan implementasi sistem untuk mewujudkan keyakinan dan nilai dasar tersebut.
Menanamkan Courage and Risk Taking Melalui Pelatihan.
Hambatan utama yang mencegah orang melalukan hal baru adalah adanya self-imposed limitations. Banyak perusahaan yang menyelenggarakan pelatihan petualangan di alam bebas (Outbond) untuk melatih keberanian dan kemampuan personel dalam mengambil resiko. Keyakinan dan nilai dasar yang membentuk opportunity mindset perlu dibangun secara sengaja dan bersistem, tidak dibiarkan terbentuk dengan sendirinya.
Melatih Kemampuan Tim untuk Trendwatching
            Trendwatching adalah kemampuan orang untuk membaca tren perubahan di masa yang akan datang melalui pengamatan terhadap peristiwa yang telah terjadi, atau yang sedang berlangsung, atau melaui perubahan yang diciptakan sekarang untuk mengantisipasi perubahan konsisi lingkungan bisnis masa depan.
Melatih Kemampuan Anggota Tim untuk Envisioning
           Envisioning adalan kemampuan perumusan visi perubahan masa depan yang akan diwujudkan melalui tindakan-tindakan sekarang. Berdasarkan hasil trendwatching, kemudian dibuat gambaran perubahan yang akan terwjud di masa depan.

BAB IV
PENUTUP

            Improvement berkelanjutan adalah usaha peningkatan di segala biang dalam jangka panjang. Usaha tersebut perlu dilandasi oleh mindset yang semestinya sehingga unsur berkelanjutan dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Pergeseran ke paradigma improvement berkelanjutan disebabkan oleh semakin turbulennya lingkungan bisnis, dan semakin tajamnya persaingan yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya. Didalam lingkungan bisnis yang demikian, improvement merupakan prasyarat untuk mempertahankan eksistensi perusahaan.
Continuous improvement mindset merupakan tenaga penggerak berkekuatan luar biasa untuk memacu perusahaan menjadi pemain yang diperhitungkan dalam olimpiade bisnis. Seperti halnya dengan pembangunan kultur organisasi berdasarkan customer value mindset, kultur organisasi yang berorientasi ke improvement berkelanjutan adalah sulit untuk dibangun namun tidak berarti tidak mungkin dibangun. Continuous improvement mindset dapat dibangun melalui personal behavior.
Efektivitas rencana strategik sangat menentukan kelangsungan hidup organisasi. Rencana strategik sebagai rencana jangka panjang, memberikan panduan rangkaian kegiatan yang digunakan untuk membentuk masa depan perusahaan. Ditentukan oleh kemampuan tim dalam melakukan trendwatching, dan kemampuan trendwatching ini ditentukan oleh opportunity mindset yang dimiliki oleh anggota tim yang dominan dalam penyusunan rencana strategik.

Mindset perlu dibangun secara sengaja, bukan dibiarkan terbentuk di dalam organisasi. Untuk dapat membentuk mindset diperlukan pengetahuan tentang mindset itu sendiri, dan diperlukan pula usaha bersistem untuk membangunnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODEL DESKRIPTIF MANAJEMEN STRATEGIK

SOAL UTS MENSTRA