MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Didalam pasar kompetitif, suatu organisasi yang
tidak melaksanakan improvement akan kehilangan tempat untuk berpijak.
Kenyataannya, improvement pun tidak cukup untuk mendapatkan tempat berpijak,
organisasi harus melaksanakan improvement dengan tingkat kecepatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan persaingan. Disamping itu, organisasi juga dituntut
untuk mampu menciptakan perubahan yang diperlukan agar mampu bertumbuh di dalam
lingkungan bisnis turbulen.
Didalam Bab 5 Continuous Improvement Mindset,
disebutkan bahwa Improvement dapat dibagi menjadi dua : Incremental Improvement
dan Radical Improvement. Radical Improvement dirancang dalam perencanaan
strategik (Strategik Planning). Dari perencanaan ini, dihasilkan rencana
strategik (Strategik Plan) yang berisi sasaran-sasaran strategik (Strategik
Objectives) yang hendak dicapai perusahaan di masa depan, dan berbagai
strategik initiatives yang dipilih untuk mewujudkan sasaran-sasaran strategik
tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Pada bab ini menguraikan pergeseran mindset ke
continuous improvement mindset yang diperlukan oleh manajer dalam mengelola
perusahaannya agar sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis baru. Uraian
dimulai dari penjelasan paradigma improvement berkelanjutan dan continuous
imrovement mindset.
Menguraikan dua mindset yang menentukan efektivitas
perencanaan strategik : problem sloving mindset dan opportunity mindset.
Mindset yang diperlukan oleh tim penyusun rencana untuk menghasilkan rencana
strategik yang efektif, dan menguraikan bagaimana membangun mindset tersebut.
1.3
Tujuan Pembahasan
Dari penulisan makalah ini, saya berharap kita
dapat memahami materi pembahasan sebagaimana berikut :
1. Memperlihatkan
kompnen continuous improvement mindset untuk menunjukan adanya kesempatan bagi
manajemen dalam membangun mindset baru tersebut yang sesuai dengan tuntutan
lingkungan bisnis.
2. Mengungkapkan
pentingnya continuous improvement mindset bagi organisasi perusahaan dalam
memasuki lingkungan bisnis turbulen.
3. Menjelaskan
perwujudan comtinuous improvement mindset dalam SPPM.
BAB II
CONTINUOUS IMPROVEMENT MINDSET
1.
Paradigma
Improvement Berkelanjutan
Improvement dapat dibagi menjadi dua; Incremental
Improvement dan Radical Improvement. Incremental Improvement berupa
Improvement berskala kecil dengan tetap mengandung urusan lama. Radical
Improvement berupa Improvement berskala besar, bersifat mendasar dan secara
total meninggalkan urusan lama. Paradigma Improvement berkelanjutan mencakup
kedua macam Improvement ini. Paradigma Improvement berkelanjutan mengerahkan
semua energi personel untuk melakukan improvement secara terus menerus terhadap
proses dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan value bagi customer.
Manajer harus mampu membangkitkan komitmen seluruh personel, karena improvement
berkelanjutan memerlukan energi yang besar dalam jangka waktu panjang. Kegiatan
manajer dalam setiap tahap proses manajemen hanya menambah nilai
(Value-adding), jika kegiatan tersebut menyebabkan personel memiliki komitmen tinggi
untuk menghasilkan value bagi customer. Menggeser pandangan manajer terhadap
terjadinya improvement respon terhadap kesalahan, peran manajer, wewenang,
fokus perhatian manajer dan pengendalian.
Didalam manajemen tradisional, manajer dipandang
berperan seagai orang pada posisi untuk mempertahankan status quo ( keadaan
tetap sebagaimana keadaan sekarang atau sebagaimana keadaan sebelumnya )
dan mengendalikan bawahannya agar mematuhi aturan yang telah ditetapkan.
Paradigma Improvement Berkelanutan mengubah pandangan tersebut, peran manajer
adalah menentang status quo untuk tujuan improvement yang bersifat strategik
dam pada saat yang bersamaan mereka secara konsisten melaksanakan sistem yang
ada untuk memenuhi tuntutan sekarang. Dalam manajemen tradisional, manajer
menggunakan wewenangnya melalui hierarki dari tingkat atas ke bawah dan melalui
aturan dan kebijakan.
2.
Continuous
Improvement Mindset
Continuous Improvement Mindset terdiri dari
paradigma improvement berkelanjutan, keyakinan dasar terhadap improvement
berkelanjutan dan nilai dasar yang melandasi improvement berkelanjutan. Dalam
lingkungan bisnis turbulen (Bergejolak), personel perusahaan dituntut untuk
senantiasa melakukan improvement berkelanjutan terhadap sistem dan proses yang
digunakan untuk menghsailkan value bagi customer.
Untuk mewujudkan
improvement terhadap sistem dan proses, personel organisasi perusahaan perlu
memiliki nilai-nilai dasar yang membimbing mereka dalam mengambil keputusan.
a. Keyakinan
dasar untuk mewujudkan paradigma improvement berkelanjutan.
Karena
lingkungan bisnis dalam kompetisi global telah mengalami perubahan dramatis,
yang ditandai dengan persaingan yang semakin tajam dan perubahan yang semakin
pesat, konstan, radikal, serentak dan pervasif (kemampuan untuk menyebar) maka
diperlukan paradigma inprovement berkelanjutan untuk menghadapinya. Hal ini
perlu diwujudkan dalam keyakinan dasar yang kuat yang harus ditanamkan kepada
seluruh personel bahwa ;
Ø Harus
mengetahui fakta, kondisi proses dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan
value dan kearah mana improvement berkelanjutan ditujukan.Untuk mewujudkan
improvement berkelanjutan, personel perlu mengumpulkan dan menganalisis fakta
tentang: kondisi proses dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan customer
value, dan kearah mana improvement berkelanjutan ditujukan. Dengan demikian,
personel perlu mengumpulkan dan menganalisis berbagai fakta tentang ; (1) proses
dan sistem yang perlu di tingkatkan kualitansnya, dan (2) kemajuan yang telah
dicapai dalam peningkatan proses dan sistem yang diinginkan. Dalam proses
pengumpulan dan penganalisisan fakta tentang proses dan sistem, personel
mempelajari tiga hal yang berbeda; (1) faktan tentang apa yang menurut pikiran
mereka terjadi, (2) fakta tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan (3) fakta
tentang apa yang akan terjadi.
Ø Alasan
dan belajar. Fakta dikumpulkan dari proses dan sistem digunakan untuk mencari
alasan mengapa suatu penyimpangan terjadi,
Ø Selalu
ada cara yang lebih baik. Keyakinan dasar bahwa tujuan personel adalah untuk
mencapai tingkat kinerja yang selalu lebih baik. Dalam perusahaan bisnis,
tujuan improvement adalah “lebih baik, lebih cepat dan lebih murah”.
Ø Harus
selalu berusaha sempurna. Komitmen terhadap kualitas diibaratkan sebagai “suatu
perlombaan tanpa garis akhir”. Kebutuhan dan keinginan customer senantiasa
berubah dan berkembang, kompetisi selalu mengubah batas customer value.
b. Nilai
Dasar untuk Mewujudkan Paradigma Improvement Berkelanjutan.
Ø Kejujuran.
Kemampuan seseorang untuk mengatakan kenyataan sebagaimana adanya. Untuk
memungkinkan orang melakukan improvement harus mampu melihat penyimpangan yang
terjadi, sebagaimana yang diperlihatkan oleh faktayang dikumpulkan.
Ø Kerendahan
hati. Dalam belajar orang harus mengakui bahwa ia tidak tahu, sehingga perlu
banyak belajar.
Ø Kerja
Keras. Continuous improvement memerlukan penghargaan tinggi terhadap kerja
keras yang tidak kenal lelah, memerlukan semangat bereksperimen.
Ø Kesabaran.
Kemampuan seseorang untuk menerima kelainan yang terjadi dalam dirinya untuk
jangka waktu panjang.
Ø Keterbukaan
terhadap hal baru merupakan nilai yang dijunjung tinggi oleh seluruh personel
perusahaan, untuk senantiasa mampu membaca perusahaan yang terjadi dalam
lingkungan bisnis yang dihadapi.
Ø Keberanian
adalah keteguhan hati dalam mempertahankan pendirian, keyakinan, prinsip,
visinya.
3.
Perwujudan Continuous Improvement Mindset ke
dalam SPPM.
a.
Perwujudan
Continuous Improvement Mindset ke dalam Strukrur SPPM
Ø Organisasi
didesain sebagai destabilizer.
Organisasi masa depan akan secara ekstensif memanfaatkan smart technology
didalam menghasilkan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan customer. Smart
Technology memerlukan knowledge workers untuk menjadikan teknologi tersebut
produktif. Knowledge workers memerlukan organisasi untuk dapat menjadikan
pengetahuan yang dikuasainya produktif dalam menghasilkan produk dan jasa.
Organisasi harus dikelola untuk menghasilkan inovasi. Organisasi yang mampu
memenuhi tuntutan knowledge workers tersebut adalah yang memiliki karakteristik
berikut ini;
a) Didesain
dengan struktur yang fleksibel untuk menghadapi perubahan lingkungan bisnis.
Stuktur yang lebih datar (flatter organization) dan virtual organization
merupakan struktur yang sesuai dengan lingkungan bisnis yang turbulen.
b) Dipimpin
oleh leader yang memiliki kemampuan untuk menciptakan dan mengelola perubahan.
c) Dijalankan
oleh karyawan yang berdaya (empowered employees)
Ø Peran
Manajer, mengubah peran manajer yang semula sebagai atasan yang bertanggung
jawab untuk mempertahankan status quo menjadi bertanggungjawab untuk menantang
status quo dan menjadi coach bagi personel lain untuk menjadikan pengetahuan
yang dikuasai oleh personel produktif.
Ø De-jobbed
organization. Continuous improvement mindset menuntut knowledge workers bekerja
berdasarkan kreatifitasnya. Perusahaan mengikuti tren perubahan lingkungan
bisnin turbulen.
Ø Teamwork.
Organisasi harus dikelola berdasarkan kerja tim untuk mengahadapi perubahan.
Ø Cross-functional
approach. Pendekatan lintas fungsional ini merupakan pendekatan organisasional
dalam memberikan layanan kepada customer.
b. Perwujudan
Continuous Improvement Mindset ke dalam Proses SPPM.
Ø Peningkatan
kualitas, keandalan, kecepatan, efisiensi biaya. Perolehan kesempatan dan
penurunan biaya akan dapat dicapai berjangka panjang, jika melalui tahap-tahap
berikut; (1) peningkatan kualitas, (2) peningkatan keandalan, (3) peningkatan
kecepatan dan (4) peningkatan efisiensi biaya.
Ø Sistem
anggaran berbasis aktivitas (activity-based budgeting) didesain untuk
memotivasi personel dalam melakukan improvement berkelanjutan terhadap proses
yang digunakan oleh perusahan, untuk menghasilkan produk dan jasa bagi
customer.
Ø Sistem
pengelolaan berbasis aktvitas (activity-based management) digunakan sebagai
sistem implementasi rencana.
BAB III
OPPORTUNITY
MINDSET
Rencana
Strategik merupakan rangkaian tindakan yang berdampak jangka panjang di masa
depan, yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Biasanya
disusun oleh suatu tim ad hoc yang terdiri atas manajemen puncak dan staf.
Kualitas rencana strategik yang dihasilkan oleh tim ad hoc tersebut ditentukan
oleh dua faktor; (1) kesesuaian (fitness) kondisi yang berhasil diwujudkan melalui
kegiatan yang dicantumkan dalam rencana strategik, dengan dituntut oleh
lingkungan bisnis masadepan, dan (2) sense of commitment yang tumbuh dalam diri
manajemen puncak dan seluruh personel perusahaan dalam mewujudkan rencana
strategik.
1.
Problem
Slovinmg Mindset.
Problem
adalah kesenjangan antara kondisi yang dihadapi dengan kondisi yang diharapkan.
Problem sloving adalah pencarian alternatif tindakan untuk menghilangkan
kesenjangan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diharapkan. Problem
sloving mindset adalah sikap mental mapan yang senantiasa memandang bahwa
kesenjangan antara kondisi yang dihadapi sekarang dengan kondisi yang
diharapkan adalah suatu problem, dan mencari serangkaian tindakan untuk
memecahkan kesenjangan tersebut.
2.
Opportunity
Mindset
Peluang
(Opportunity) adalah kondisi yang terbuka dimasa depan yang belum pernah
dialami seseorang atau organisasi, yang berbeda dengan yang pernah atau yang
sedang dialami, dan yang mengandung ketidakpastian. Peluang hanya dapat
diidentifikasi jika orang memandang masa depan dari platform yang berbeda
dengan platform yang kini dipakai sebagai tempat berpijak.
Peluang
hanya dapat diwujudkan melalui aktivitas eksploitasi peluang (Opportunity
exploitation). Eksploitasi peluang adalah pencarian alternatif tindakan untuk
menghilangkan kesenjangan antara kondisi yang ada sekarang berdasarkan platform
baru, dengan kondisi yang diharapkan dimasa depan berdasarkan platform baru
tersebut. Opportunity mindset adalah sikap mental mapan yang senantiasa
menggunakan kodisi masa depan, atau kondisi yang belum diketahui sebelumnya
sebagai suatu kondisi yang diharapkan untuk mengevaluasi kondisi yang dihadapi
kini.
Perbedaan
karakteristik orang yang memiliki problem sloving mindset dengan karakteristik
orang yang memiliki opportunity mindset;
NO
|
BUTIR
PERBEDAAN
|
KARAKTERISTIK
PROBLEM SLOVING MINDSET
|
KARAKTERISTIK
OPPORTUNITY MINDSET
|
1
|
Pemicu
tindakan
|
Penyimpangan
kondisi sekarang dari konisi normal
|
Peluang
Masa Depan
|
2
|
Dasar
untuk membentuk masa depan
|
Creating
the future from the past
|
Creating
the future from future
|
3
|
Respon
terhadap pemacu
|
Reaktif
|
Proaktif
|
4
|
Sikap
terhadap resiko
|
Menghindari
resiko
|
Menantang
resiko
|
5
|
Sikap
terhadap aturan yang berlaku
|
Mempertahankan
aturan yang sudah ada (Rule Keeper)
|
Mendobrak
aturan yang sudah ada (Rule Breaker)
|
1. Pemicu
Tindakan. Bagi orang yang memiliki opportunity mindset, tindakannya dipicu oleh
adanya peluang yang dilihat di masa depan, berdasarkan envisioning yang
dilakukan sekarang. Envisioning adalah perumusan visi perubahan masa depan
melalui tindakan-tindakan sekarang.
2. Dasar
untuk membentuk masa depan. Kondisi masa depan merupakan hasil proyeksi kondisi
tertentu masa lalu ke masa depan. Kondisi masa depan hanya bisa diciptakan berdasarkan
prakiraan perubahan yang akan terjadi dimasa depan.
3. Respon
terhadap pemacu. Selama tidak terjadi kesenjangan antara kondisi yang dihadapi
sekarang dengan kondisi normal, orang memiliki problem sloving mindset tidak
akan melakukan apapun. Dilain pihak, orang yang memiliki opportunity mindset bersikap
proaktif terhadap perubahan.
4. Sikap
terhadap resiko. Orang yang mempunyai problem sloving mindset tidak memiliki
kesediaan untuk menerima kesalahan. Sedagkan orang yang memiliki opportunity
mindset, ia berani menanggung resiko untuk melakukan eksplorasi ke daerah yang
belum pernah dikenalnya.
5. Sikap
terhadap aturan yang berlaku. Orang yang bermindset problem sloving mindset
cenderung mempertahankan aturan yang berlaku.
3.
Dampak
kedua mindset tersebut terhadap rencana strategik yang dihasilkan.
Rencana
strategik yang dihasilkan oleh tim penyusun rencana strategik dengan mindset
tersebut yang memiliki karakteristik sebagai berikut;
a) Rencana
strategik akan berisi proyeksi kedepan berbagai cara yang dipandang normal di
masa lalu. Dalam persaingan tajam, sepanjang pesaing berusaha untuk memuaskan
kebutuhan customer melalui cara inovatif, penyusunan rencana strategik dengan
cara ini menempatkan perusahaan pada posisi lemah dan medicore dalam
persaingan.
b) Rencana
strategik akan berisi berbagai peluang bisnis masa lalu, bukan berbagai peluang
bisnis terbuka di masa depan.
c) Berbagai
alternatif rangkaian tindakan yang dipilih dalam proses penyusunan rencana
strategik adalah alternatif tindakan yang beresiko kecil.
Jika
tim penyusun rencana strategik terdiri atas orang-orang yang memiliki
opportunity mindset, rencana strategik yang dihasilkan akan memiliki
karkteristik sebagi berikut:
a) Rencana
strategik berisi prakiraan prospek bisnis yang akan terjadi di masa depan, yang
sejalan dengan perubahan lingkungan bisnis yang diperkiraan akan terjadi di
masa depan untuk menghasilkan value bagi cusromer.
b) Rencana
strategik berisi berbagai rangkaian tindakan yang digunakan untuk menyongong
peluang bisnis masa depan.
c) Rencana
trategik berisi rangkaian tindakan beresiko yang diperhitungkan dengan baik
(well-calculated risk), sehingga atas keberanian menanggung resiko tersebut,
perusahaan akan memperoleh pengembalian yang memadai.
4.
Membangun
Opportunity Mindset Dalam Diri Tim Penyusun Rencana Strategik.
Untuk
membangun opportunity mindset dalam diri tim penyusun rencana strategik,
langkah-langkah berikut ini dapat ditempuh :
ü Memahami
building blocks untuk membangun opportunty mindset.
ü Mengubah
mindset anggota tim ke opportunity mindset.
ü Menanamkan
courage dan risk taking melalui pelatihan.
ü Melatih
kemampuan tim untuk trendwatching.
ü Melatih
kemampuan anggota tim untuk envisioning.
Blok Bangunan Opportunity Mindset
Bangunan
opportunity mindset terdiri atas tiga bagian : paradigma, keyakinan dasar, dan
nilai dasar. Secara kesatuan, paradigma, kesatuan dasar dan nilai dasar
tersebut membentuk opportunity mindset yang menjadi peta pemandu bagi pemilik
mindset tersebut dalam memilih berbagai rangkaian tindakan masa depan.
Paradigma Peluang
Paradigma
peluang merupakan cara pandang yang senantiasa berusaha menemukan peluang dalam
suatu peristiwa. Peluang masa depan dapat diciptakan melalui tindakan sekarang.
Dengan kemampuan trendwatching, orang mampu mendeteksi arah perubahan yang akan
terjadi dimasa depan.
Keyakinan Dasar
Terdapat
enam keyakinan dasar yang melandasi opportunity mindset:
1. Hasil
dan sumber daya berada diluar bisnis. Didalam bisnis tidak terdapat hasil, yang
terdapat didalamnya hanya usaha (efforts) untuk mengubah sumber daya yang
berada diluar bisnis menjadi hasil, yang juga berada di luar bisnis. Hasil
ekonomi (Economic result) diperoleh organisasi dari pengeksploitasian peluang,
hasil diperoleh organisasi karena produk dan jasa yang dihasilkan oleh
organisasi memiliki value bagi customer. Problem Sloving tidak akan
mendatangkan hasil ekonomi, karena problem sloving merupakan usaha untuk
menyesuaikan kondisi sekarang dengan kondisi normal.
2. Hasil
diperoleh dengan mengeksploitasi peluang, bukan dengan memecahkan masalah.
3. Untuk
memproduksi hasil, sumber daya harus dialokasikan ke peluang, bukan ke masalah.
Didalam bisnis, efektivitas jauh lebih penting dibandingkan dengan efesiensi.
4. Hasil
ekonomis hanya diperoleh melalui kepemimpinan. Laba merupakan penghargaan
karena bisnis membuat suatu kontribusi unik, atau paling tidak yang berbeda
dalam bidang tertentu yang berarti diputuskan oleh pasar atau customers.
5. Setiap
posisi kepemimpinan bersifat sementara. Didalam bisnis, energi selalu cenderung
menyebar dan akhirnya kehilangan keuatan. Bisnis mempunyai kecenderungan untuk
berjalan dari kepemimpinan menuju arah kualitas rendah (mediocre) dan
berdekatan dengan posisi marjinal.
6. Apa
yang ada menjadi tua. Apa yang ada sekarang merupakan produk masa lalu.
Nilai Dasar
a) Keberanian
Keteguhan hati
seseorang dalam mempertahankan pendirian, keyakinan, prinsip, visinya:
Keteguhan hati dalam mengambil posisi. Keberanian bukan berarti bebas dari
ketakutan, karena ketidaktakutan merupakan suatu jenis kerusakan otak.
b) Keterbukaan
Keterbukaan terhadap sesuatu
yang baru merupakan nilai yang perlu dijunjung tinggi oleh tim penyusun rencana
strategik, untuk menjadikan diri mereka senantiasa mampu membaca setiap
perubahan yang terjadi dalam lingkungan yang mereka hadapi.
c) Ketidakpuasan
Kreatif. Ketidakpuasan dibagi menjadi dua macam : (1) Emotional discontent
adalah perasaan negatif seseorang yang timbul sebagai akibat tidak terpenuhi
keinginannya, dapat berwuju jengkel, sedih, marah, kesal atau putus asa, yang
dihasilkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. dan (2) creative discontent
adalah perasaan positif seseorang yang menghadapi keadaan tidak terpenuhi
keinginannya, keadan ini merupakan ketidakpuasan yang produktif. Kegigihan
untuk mencapai kesempurnaan dan kekuatan jiwa dalam menerima kegagalan.
Membangun Opportunity Mindset Tim
Penyusunan Rencana Strategik.
Rangka
konseptual opportunity mindset sebagaimana yang telah digambarkan dan diuraikan
diatas, memberikan working model bagi leader organisasi perusahaan untuk
membangun opportunity mindset anggota tim penyusun rencana strategik, dilakukan
melalui berbagai cara berikut;
a. Recruitment
personel yang memiliki keyakinan dasar dan nilai dasar yang diperlukan untuk
membentuk komponen opportunity mindset.
b. Memuaskan
keyankinan dan nilai dasar yang menjadi komponen opportunity mindset ke dalam
kriteria pemilihan personel yang akan diberi tanggungjawab pada posisi
manajerial.
c. Mengkomunikasikan
keyakinan dasar dan nilai dasar opportunity mindset keseluruh personel
organisasi melalui personal behavior manajemen puncak, dan melalui perational
behavior – perancangan dan implementasi sistem untuk mewujudkan keyakinan dan
nilai dasar tersebut.
Menanamkan Courage and Risk Taking
Melalui Pelatihan.
Hambatan
utama yang mencegah orang melalukan hal baru adalah adanya self-imposed
limitations. Banyak perusahaan yang menyelenggarakan pelatihan petualangan di
alam bebas (Outbond) untuk melatih keberanian dan kemampuan personel dalam
mengambil resiko. Keyakinan dan nilai dasar yang membentuk opportunity mindset
perlu dibangun secara sengaja dan bersistem, tidak dibiarkan terbentuk dengan
sendirinya.
Melatih Kemampuan Tim untuk
Trendwatching
Trendwatching
adalah kemampuan orang untuk membaca tren perubahan di masa yang akan datang
melalui pengamatan terhadap peristiwa yang telah terjadi, atau yang sedang
berlangsung, atau melaui perubahan yang diciptakan sekarang untuk
mengantisipasi perubahan konsisi lingkungan bisnis masa depan.
Melatih Kemampuan Anggota Tim untuk
Envisioning
Envisioning
adalan kemampuan perumusan visi perubahan masa depan yang akan diwujudkan
melalui tindakan-tindakan sekarang. Berdasarkan hasil trendwatching, kemudian
dibuat gambaran perubahan yang akan terwjud di masa depan.
BAB IV
PENUTUP
Improvement berkelanjutan adalah
usaha peningkatan di segala biang dalam jangka panjang. Usaha tersebut perlu
dilandasi oleh mindset yang semestinya sehingga unsur berkelanjutan dapat
dipertahankan dalam jangka panjang. Pergeseran ke paradigma improvement
berkelanjutan disebabkan oleh semakin turbulennya lingkungan bisnis, dan
semakin tajamnya persaingan yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya. Didalam
lingkungan bisnis yang demikian, improvement merupakan prasyarat untuk
mempertahankan eksistensi perusahaan.
Continuous
improvement mindset merupakan tenaga penggerak berkekuatan luar biasa untuk
memacu perusahaan menjadi pemain yang diperhitungkan dalam olimpiade bisnis.
Seperti halnya dengan pembangunan kultur organisasi berdasarkan customer value
mindset, kultur organisasi yang berorientasi ke improvement berkelanjutan
adalah sulit untuk dibangun namun tidak berarti tidak mungkin dibangun.
Continuous improvement mindset dapat dibangun melalui personal behavior.
Efektivitas
rencana strategik sangat menentukan kelangsungan hidup organisasi. Rencana
strategik sebagai rencana jangka panjang, memberikan panduan rangkaian kegiatan
yang digunakan untuk membentuk masa depan perusahaan. Ditentukan oleh kemampuan
tim dalam melakukan trendwatching, dan kemampuan trendwatching ini ditentukan
oleh opportunity mindset yang dimiliki oleh anggota tim yang dominan dalam
penyusunan rencana strategik.
Mindset
perlu dibangun secara sengaja, bukan dibiarkan terbentuk di dalam organisasi.
Untuk dapat membentuk mindset diperlukan pengetahuan tentang mindset itu
sendiri, dan diperlukan pula usaha bersistem untuk membangunnya.
Komentar
Posting Komentar